Penyebab Kegagalan Penetasan & Mengatasi Masalah Dalam Menggunakan Mesin Penetas Telur

Medanternak – Tingkat keberhasilan penetasan dengan menggunakan mesin penetas telur yang baik adalah berkisar antara 80% hingga 90%. Akan ada sekitar 10-20% telur yang tidak menetas. Alasan telur yang tak berhasil menetas ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keadaan telur yang akan ditetaskan dan cara penetasannya. Gagalnya embrio untuk berkembang dengan baik merupakan hal yang sering menjadi penyebabnya. Padahal perkembangan embrio merupakan hal yang sangat mempengaruhi berhasil tidaknya penetasan telur. Oleh karena itu kali ini kita akan membahas mengenai penyebab kegagalan dan masalah penetasan yang menggunakan mesin penetas telur.

Penyebab Kegagalan Penetasan & Mengatasi Masalah Dalam Menggunakan Mesin Penetas Telur

Penyebab Kegagalan Mesin Penetas Telur Ayam

Sebenarnya kegagalan dan masalah dalam penetasan dapat diatasi asalkan gejala atau ciri-cirinya diketahui sejak dini. Gejala ini harus dapat dideteksi baik dengan mata telanjang atau dengan menggunakan alat khusus tanpa merusak telur.

Menurut situs avicultura, Kematian terjadi selama setiap tahap perkembangan embrio. Yang penting adalah dapat mengetahui apa yang “normal”, jika ada yang tidak normal, maka anda dapat menentukan penyebabnya.

Informasi di bawah ini merupakan gambaran mengenai gejala atau ciri-ciri yang dapat membuat penetasan tidak berhasil (gagal) dan cara mengatasinya.

Telur Tampak Terang Saat Diteropong

Telur yang tampak jernih ketika di tes dengan memegangnya menghadap ke cahaya (candled) bisa jadi merupakan telur tidak subur (infertile) atau subur fertile) namun gagal berkembang dengan baik. Jika terdapat lebih dari 10 persen telur jernih ketika di candled setelah seminggu mengalami proses inkubasi, maka belajar untuk membedakan antara telur yang subur (fertile) dan tidak subur (infertile) menjadi keterampilan penting. Hal ini akan sangat membantu dalam menentukan apakah masalahnya terletak pada indukan atau teknik inkubasi Anda.

Telur Tidak Subur (Infertile Egg)

Telur tidak subur yang telah diinkubasi memiliki piringan embrio atau blastodisc (lapisan jaringan embrio), tanpa tanda-tanda adanya darah.
telur tidak subur.

Blastodisc: Pada permukaan kuning telur terdapat bercak (bintik) putih melingkar kecil dengan diameter 2 sampai 3 milimeter dan biasanya terlihat di bagian atas kuning telur saat Anda memecahkan telur ke dalam mangkuk. Bintik ini adalah tempat di mana sperma bergabung dengan telur.

Pada telur yang belum dibuahi, bintik ini dikenal sebagai disc germinal atau blastodisc. Dalam telur yang subur bintik itu disebut blastoderm dan berisi semua materi genetik yang disumbangkan oleh kedua orang tua yang diperlukan untuk menghasilkan anak ayam.

Ketika telur diinkubasi, embrio berkembang dari blastoderm tersebut. Seiring berkembangnya embrio, secara bertahap ia akan mengirim sistem pembuluh darah ke selaput kuning telur. Pembuluh darah ini berfungsi membawa nutrisi dari kuning telur ke embrio yang sedang berkembang.

Tidak semua telur akan menjadi telur yang subur (fertile egg), namun tingkat infertilitas yang tinggi menjadi pertanda buruk. Infertilitas (tidak subur) memiliki banyak penyebab. Salah satunya, tentu saja, tidak adanya pejantan. Penyebab lainnya adalah kemungkinan karena rasio yang salah antara pejantan (ayam laki-laki) dengan ayam betina (indukan).

Banyak yang mengira bahwa mesin penetas yang digunakan memiliki persentase menetas rendah, padahal telur yang ditetaskan tidak fertil. Ketika ayam pejantan diharapkan melayani terlalu banyak ayam betina, dia mungkin saja tidak bisa melayani semua ayam betina yang ada atau mungkin juga kehabisan sperma sebelum ia selesai melayani semua ayam betina. Pada kasus lain, bila terlalu banyak ayam pejantan, mereka mungkin akan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bertempur (bertarung) di antara mereka sendiri dan menyebabkan mereka memiliki sedikit waktu yang tersisa untuk mendatangi semua ayam betina, atau para pejantan itu akan mengganggu upaya masing-masing pejantan untuk kawin.

Bahkan jika rasio kawin optimal, kesuburan akan tetap rendah jika kawanan pejantan dan betina ini di tempatkan pada tempat yang terbatas (sempit); tempat yang terlalu kecil dapat mengakibatkan berkurangnya frekuensi kawin. Dalam kawanan pejantan dan betina yang jumlahnya kecil dengan hanya satu pejantan, dia mungkin hanya akan menyukai beberapa ayam betina dan mengabaikan yang lain.

Baca juga: Manfaat Telur Ayam Kampung Asli.

Ayam betina yang suka mematuk cenderung kurang diminati oleh ayam pejantan untuk dikawin dibandingkan dengan ayam betina yang tidak suka (jarang) mematuk; karena ayam betina seperti ini mengharapkan untuk dipilih oleh ayam pejantan, dengan demikian membuat ayam seperti ini menjadi target yang mudah untuk dijadikan sebagai pasangan kawin.

Umur dapat mempengaruhi kesuburan. Infertilitas dapat terjadi jika ayam pejantan dan betina belum cukup dewasa secara seksual untuk memproduksi sperma yang layak (ayam jantan) atau telur (betina). Infertilitas mungkin juga hasil dari ayam-ayam yang terlalu tua, terutama ayam pejantan. Untuk sebagian besar spesies, kesuburan akan menurun tajam setelah sekitar tahun ketiga, dan usia lima tahun bagi pejantan.

Seekor ayam betina yang terlalu gemuk atau terlalu kurus atau seekor ayam jantan yang terlalu gemuk memiliki kemungkinan untuk mengalami masalah kesuburan. Seekor ayam jantan dengan kaki atau telapak kaki yang cedera mungkin akan mengalami kesulitan untuk berkembang biak. Terlalu sering berkumpul/bertemu, antara pejantan dan betina, juga dapat menyebabkan stres yang mengarah ke infertilitas.

Nutrisi dapat mempengaruhi kesuburan, begitu juga dengan penyakit. Masalah parasit, internal atau eksternal, dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang cukup mengganggu kesuburan karena dapat mengurangi frekuensi kawin. Paparan pestisida dan bahan kimia beracun lainnya, atau, beberapa obat dapat juga mengurangi kesuburan. Cuaca yang sangat panas atau dingin dapat mempengaruhi kesuburan, suhu terpanas adalah antara 55 ° F dan 80 ° F (13-27 ° C).

Telur Subur (Fertile) Namun Tidak Ada Embrio

Sebuah telur yang telah dibuahi, atau disebut zigot, mengandung semua elemen penting untuk penciptaan anak ayam, tetapi mereka akan tetap sebagai zigot sampai mereka melalui proses inkubasi yang memungkinkan embrio untuk mulai berkembang. Sebuah zigot akan bisa mati diantara waktu telur meninggalkan ovarium ayam dan waktu inkubasi dimulai – sebuah fenomena yang dikenal sebagai kesuburan lemah. Telur subur yang telah diinkubasi mengandung blastoderm yang telah diperbesar tapi tidak ada darah yang merupakan tanda bahwa perkembangan embrio tidak terjadi.

Penyebab kesuburan namun tanpa embrio meliputi sebagai hal-hal berikut ini:

  • Telur terlalu lama di sarang sebelum dikumpulkan untuk penetasan.
  • Telur yang ditangani secara kasar (kurang hati-hati), seperti misalnya terguncang saat pengumpulan atau pemindahan.
  • Telur kotor dicuci dengan air yang terlalu panas.
  • Telur dicuci di tempat yang tidak bersih (kotor).
  • Telur disimpan terlalu lama sebelum inkubasi.
  • Telur disimpan dalam kondisi yang tidak tepat sebelum inkubasi.
  • Telur mengalami perubahan suhu yang terlalu besar.
  • Suhu Inkubator terlalu tinggi saat memulai proses inkubasi.
  • Indukan terlalu muda atau terlalu tua.
  • Indukan terlalu inbrida.
  • Indukan sakit.
  • Indukan memiliki masalah keturunan.
  • Indukan atau telur terpapar pestisida atau bahan kimia beracun lainnya.

Telur Tampak Gumpalan Darah Berbentuk Cincin Saat Diteropong

Sebuah telur subur (fertil) yang sudah memiliki embrio yang berkembang namun mati setelah 3 hari pertama masa inkubasi (untuk ayam, sedangkan 4 hari untuk spesies lain) biasanya memiliki lingkaran (cincin) darah tanpa ada embrio atau embrio yang berkembang namun ukurannya sangat kecil dari seharusnya dan embrio mati sebelum mata terbentuk.

Telur dalam kategori seperti dibawah ini presentase-nya sangat besar untuk masuk dalam katagori telur tidak subur (infertil):

  • Telur disimpan terlalu lama sebelum inkubasi.
  • Telur disimpan dalam kondisi tidak tepat sebelum inkubasi.
  • Suhu Inkubator saat mulai terlalu tinggi atau terlalu rendah.
  • Telur yang penanganannya kasar (tidak hati-hati) selama pengumpulan atau transportasi.
  • Telur mengalami perubahan suhu terlalu ekstrem sebelum inkubasi.
  • Telur terpapar pestisida atau bahan kimia beracun lainnya.

Kematian Awal Embrio

Embrio yang mati antara hari ke-3 dan ke-6 saat dalam masa inkubasi (untuk ayam, dan 4-8 hari untuk spesies lain) sudah memiliki sistem kantung kuning telur yang berkembang, berada di sisi kiri, mata yang sudah mulai terlihat, namun belum memiliki telur gigi.

Penyebab kematian awal embrio diantaranya adalah:

  • Ventilasi tidak cukup, menyebabkan konsentrasi karbon dioksida terlalu tinggi.
  • Pembalikan telur kurang.
  • Sudut balik tidak benar.
  • Kekurangan vitamin.
  • Jamur atau kontaminasi lainnya dalam inkubator.
  • Kematian Embrio Ditengah Periode Pengeraman.

Kematian pada embrio paling sedikit terjadi di masa pertengahan , yaitu di antara hari ke- 7 dan ke-17 untuk ayam, dan hari ke-9 dan ke-23 untuk spesies lain. Selama periode ini embrio mulai menampakan (mengembangkan) cakar dan gigi, dan menjelang akhir periode ini, bulu mulai muncul.

Penyebab kematian pada tengah semester ini antara lain:

  • Pengoperasian alat inkubator tidak benar, yang melibatkan suhu, kelembaban, pemutaran (pembalikan), ventilasi, atau kesemua empat parameter tersebut.
  • Kontaminanisi inkubator.
  • Induk kekurangan gizi.
  • Telur meledak.
  • Gagal Menetas.

Salah satu hal yang paling menyedihkan selama masa inkubasi adalah mendapati embrio mati sebelum waktunya mereka menetas. Beberapa keturunan terkenal sulit untuk menetas. Sebrights misalnya, sulit untuk menetas, dan anak-anak ayamnya umumnya kurang tahan banting. Bantams cenderung bertelur yang berbentuk bulat, sehingga sulit untuk menentukan di mana sel (kantung) udara berada.

Baca juga: Cara Ternak Ayam Kampung Asli.

Beberapa telur memiliki beberapa embrio genetik yang abnormal, akan tetapi apabila jumlah embrio yang mati cukup tinggi atau tanpa penetasan sama sekali, itu merupakan pertanda buruk.

Sebagian besar alasan mengapa embrio mati pada pertengahan periode inkubasi juga terkait dengan kematian embrio pada tahap akhir inkubasi.

Penyebab umum kematian embrio selama periode akhir meliputi:

  • Telur disimpan terlalu lama sebelum inkubasi.
  • Telur didinginkan (kedinginan) selama pemindahan dari inkubator ke penetasan.
  • Telur dibalik terlalu lama atau terlambat dipindahkan ke penetasan.
  • Inkubator atau mesin penetas dibuka terlalu sering selama masa penetasan.
  • Peletakan Embrio tidak benar selama masa penetasan (malpositioning).
  • Terjadinya kembar dalam telur (kuning telur dobel).
  • Kualitas cangkang buruk, yang mungkin disebabkan oleh usia telur, penyakit, atau defisiensi diet.
  • Telur tidak mengandung nutrisi yang cukup karena dihasilkan dari indukan yang kurang gizi.
  • Kelainan genetik.

Kegagalan Anak Ayam Mematuk Cangkang Untuk Menetas (pipping)

Sebuah embrio yang sudah tumbuh penuh (sempurna) namun gagal melakukan pipping(anak ayam mematuk cangkang saat akan menetas) mungkin disebabkan karena telur masih memiliki kantung kuning telur yang besar atau perut membesar yang belum sepenuhnya tertutup.

Penyebab kegagalan pipping meliputi:

  • Pembalikan yang kurang (tidak memadai), sehingga pengembangan membran embrio menurun dan penyerapan nutrisi menjadi buruk.
  • Kelembaban terlalu tinggi selama inkubasi atau menetas.
  • Suhu terlalu rendah selama inkubasi.
  • Suhu terlalu tinggi selama masa penetasan.
  • Ventilasi tidak memadai selama masa penetasan.

Mati dalam Cangkang (Dead in Cell)

Dead in shell adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan embrio yang sudah sepenuhnya terbentuk yang berusaha mematuk cangkang (pipping) tapi mati setelah tidak mampu membebaskan diri dari cangkan (kerabang).

Penyebab kematian ini meliputi:

  • Kelembaban terlalu rendah untuk waktu yang lama selama inkubasi.
  • Kelembaban terlalu rendah selama masa penetasan.
  • Suhu terlalu rendah untuk waktu yang lama selama inkubasi.
  • Suhu terlalu tinggi selama masa penetasan.
  • Kurangnya ventilasi selama masa inkubasi atau menetas.
  • Pembalikan yang tidak memadai selama 12 hari pertama masa inkubasi.
  • Goncangan pada telur selama proses transfer ke penetas.
  • Terlalu sering membuka inkobator selama masa penetasan.

Sebagian besar kematian dalam kategori ini terjadi karena kelelahan atau kekurangan oksigen. Embrio yang melakukan pipping dan tetap hidup tanpa bisa keluar dari cangkang pada dasarnya adalah sebuah embrio mati dalam cangkang yang belum mati.

Embrio Salah Posisi (malposisi)

Kegagalan untuk menetas sering terjadi karena embrio salah posisi, yang berarti untuk beberapa alasan embrio tidak bergerak ke posisi penetasan yang tepat selama minggu terakhir masa inkubasi.

Posisi normal untuk embrio selama 2 hari terakhir masa inkubasi harus berorientasi memanjang mengikuti bentung panjang telur, dengan kaki yang terletak ke arah kepalanya. kepala harus pada akhir bagian tumpul dari telur, berpaling ke kanan, dan terselip di bawah sayap kanan dengan paruh menunjuk ke arah kantung udara.

Kemungkinan terjadinya malposisi yang paling umum adalah letak paruh diatas atas sayap kanan, kaki diatas kepala, kepala di antara paha, kepala di bawah sayap kiri, kepala di ujung kecil telur, kepala tidak mengarah pada kantung udara.

Gagal menetas karena malposisi jumlahnya kurang dari 2% dari telur yang ada dalam masa inkubasi. Persentase lebih besar bisa terjadi bila terjadi masalah seperti:

  • Telur berbentuk bulat.
  • Telur ukurannya lebih besar dari normal.
  • Telur dengan ujung runcing ke atas.
  • Pengoperasian inkubator yang tidak benar (suhu, kelembaban, ventilasi), yang mengakibatkan perkembangan kantung udara yang tidak memadai.
  • Suhu terlalu rendah selama masa penetasan.
  • Induk ayam sudah tua, sehingga kualitas shell yang buruk.
  • Ayam indukan kekurangan gizi (vitamin), terutama vitamin A dan B12.

Menetas Terlalu Awal

Unggas yang menetas lebih cepat dari jadwal cenderung kurus dan berisik.

Penyebab terjadinya penetasan dini meliputi:

  • Telur kecil.
  • Selisih masa inkubasi antara indukan.
  • Suhu terlalu tinggi selama masa inkubasi.
  • Kelembaban terlalu rendah selama masa inkubasi.

Ketika anak unggas yang terlalu dini menetas memiliki pusar berdarah, penyebab yang paling mungkin adalah terlalu tinggi suhu selama masa inkubasi atau penetasan.

Terlambat Menetas

Embrio sehat yang diinkubasi dalam kondisi ideal umumnya menetas sesuai jadwal, atau kadang-kadang sedikit lebih cepat dari jadwal. Ketika waktu menetas-nya sangat terlambat, Anda akan langsung mengira telah kehilangan semuanya, tapi sesungguhnya belum tentu demikian. Serangkaian masalah saat listrik mati juga bisa membuat telur menetas tertunda beberapa hari. Hal ini merupakan masalah yang  kerap terjadi pada penetasan dengan menggunakan mesin. Anak ayam tetap bisa menetas dan hadir ke dunia.

Penyebab terjadinya keterlambatan menetas meliputi:

  • Ukuran telur besar.
  • Telur disimpan terlalu lama sebelum di inkubasi.
  • Suhu terlalu rendah selama masa inkubasi.
  • Kelembaban terlalu tinggi selama masa inkubasi.
  • Embrio lemah, yang dapat memiliki berbagai penyebab termasuk masalah gizi.
  • Indukan terlalu tua.

Mati di Ruang Penetasan

Kadang-kadang semuanya berjalan dengan mulus selama masa inkubasi dan menetas, tetapi ketika membuka mesin inkubator, kadang akan menemukan beberapa atau semua tukik mati. Kalau terjadi hal demikian, tentu ada masalah serius pada mesin penetas anda.

Penyebab paling umum dari tukik mati dalam inkubator atau mesin penetas adalah:

  • Suhu terlalu tinggi selama masa penetasan.
  • ventilasi tidak cukup, menyebabkan oksigen terlalu sedikit.
  • Tukik terlalu lama di dalam inkubator sehingga mereka mengalami dehidrasi.

Anak Ayam Lengket & Basah

Tukik (anak ayam yang baru menetas) lengket ditutupi dengan lendir pekat yang basah atau kering, yang merupakan limbah embrio. Alasan paling umum adanya lendir tersebut adalah kelembaban yang terlalu rendah, menyebabkan tukik mengering sebelum dapat menendang cangkang dan residu penetasan. Pada akhirnya nanti, lendir pekat ini akan terkelupas, tetapi Anda bisa membantu mengelupasnya dengan menggunakan tangan Anda sendiri.

Caranya sebagai berikut:

  1. Lakukan dengan lembut tapi cepat, bilas burung dengan air keran hangat.
  2. Beberapa orang menenggelamkan burung sampai ke leher di wastafel atau mangkuk.
  3. Sebaiknya gunakan air hangat suam-suam kuku dari aliran kran.
  4. Waktu untuk membersihkan masing-masing tukik tidak boleh lebih lama dari waktu normal yang Anda butuhkan untuk mencuci tangan.
  5. Setelah lendir pekat telah dibersihkan dari tubuh bayi ayam (tukik), bungkus bayi tersebut dengan handuk penyerap yang bersih hingga kering.
  6. Lalu kembalikan bayi ayam ke dalam incubator untuk menghindari dari dingin sementara mengeringkan tubuh.

Penyebab tukik (bayi ayam yang baru menetas) lengket diantaranya adalah:

  • Telur disimpan terlalu lama sebelum inkubasi.
  • Ukuran telur lebih besar dari normal untuk berkembang biak.
  • Suhu terlalu rendah selama inkubasi.
  • Kelembaban terlalu rendah selama inkubasi atau masa menetas.
  • Ventilasi tidak memadai selama masa menetas.

Cangkang Menempel ke Anak Ayam

Kadang-kadang tukik mematuk cangkang (pipping) sekuat tenaganya dan berhasil membebaskan diri (menetas) akan tetapi tetap tidak bisa terbebas dari bagian atas atau bawah kulit cangkang atau tetap memiliki potongan (pecahan) cangkang yang menempel setelah mengering. Pada umumnya, pecahan cangkang ini dapat dengan mudah diambil dengan tangan saja. Namun biasanya potongan-potongan kecil dari cangkang akhirnya akan lepas dengan sendirinya tanpa bantuan Anda.

Baca juga: Panduan Cara Ternak Ayam KUB.

Penyebab menempel pecahan cangkang salah satunya faktornya adalah yang sama yang menyebabkan tukik lengket. Penyebab lainnya adalah kelembaban yang terlalu rendah selama penyimpanan telur dan kualitas telur yang buruk, dan keduanya dapat mengakibatkan membran cangkang menjadi kering.

Mata Anak Ayam Tertutup

Tukik dengan mata yang masih menutup kemungkinan besar mengalami dehidrasi.

Penyebabnya meliputi:

  • Suhu terlalu tinggi selama masa menetas.
  • Kelembaban terlalu rendah selama masa menetas.
  • Terlalu banyak ventilasi selama masa menetas.
  • Meninggalkan tukik di inkubator terlalu lama setelah menetas.
  • Kelopak mata tetap mungkin untuk dibuka dengan meneteskan setetes pencuci mata, seperti Systane.

Jika mata tetap tertutup ,rendam cotton bud dengan air hangat dan oleskan ujung cotton bud (tidak menekan atau menggosok mata) pada pertemuan 2 kelopak mata yang menempel untuk melembabkan dan membuka kelopak mata.

Ukuran Anak Ayam Kecil

Telur yang menetas bisa berasal dari indukan yang berbeda-beda. Jika berasal dari indukan yang berbeda ukuran atau termasuk varietas besar dan sedang, maka akan menghasilkan tukik dengan berbagai ukuran. Masalah ukuran bibit anakan bukan disebabkan oleh mesin penetas, namun dari indukannya.

Telur menetas yang berasal dari indukan yang anda ternakan langsung biasanya akan menghasilkan tukik dengan ukuran yang cukup seragam. Tukik yang berukuran lebih kecil dari normal bukanlah masalah serius kecuali mereka lemah atau memiliki masalah lain selain dari masalah ukuran. Ketika terdapat banyak tukik yang lebih kecil dari normal.

Penyebab ukuran anak ayam kecil antara lain:

  • Kelembaban terlalu rendah selama penyimpanan telur.
  • Kelembaban terlalu rendah selama inkubasi.
  • Inkubator telur kecil.
  • Suhu terlalu tinggi selama inkubasi.
  • Kulit telur (cangkang) tipis, berpori.
  • Inkubasi terletak pada ketinggian yang lebih tinggi dari 5.000 kaki (1.500 m), yang menyebabkan tingkat kehilangan air dari telur menjadi lebih tinggi, memperlambat tingkat metabolisme embrio ‘, dan mengurangi laju pertumbuhan.

Kondisi Anak Ayam Lemah

Tukik lemah yang tidak aktif seperti tukik normal, yang biasanya mulai bergerak sekitar segera setelah mereka kering. Tukik yang lemah tidak banyak bergerak pada baki penetasan, biasanya mereka tidak aktif mencari pakan dan air dalam brooder, dan akhirnya akan meninggal.

Penyebab tukik yang lemah antara lain:

  • Suhu terlalu tinggi selama masa penetasan.
  • Ventilasi yang kurang selama masa penetasan.
  • Kontaminasi dalam inkubator atau pada induk ayam.
  • Indukan dalam kondisi yang buruk.
  • Indukan kekurangan gizi, terutama vitamin.
  • Indukan sakit.

Pusar Tidak Menutup, Basah dan bau

Tukik dengan pusar yang masih kasar atau berdarah kemungkinan juga memiliki tubuh yang kering, kasar atau lembab, dan tubuh lembek. Meskipun kondisi tukik dapat berbeda-beda, dan umumnya memiliki penyebab yang berbeda, namun penyebab untuk kondisi yang berbeda terutama disebabkan oleh kelembaban terlalu tinggi selama masa menetas.

Seekor tukik dengan pusar yang sakit memiliki kemungkinan untuk sembuh, atau mungkin juga mati jika pusar pecah. Bila anak ayam bau, pemusnahan adalah jalan keluar yang terbaik, karena besar kemungkinan mereka akan mati juga.

Penyebab pusar tidak sembuh dan juga kering, kasar yaitu:

  • Suhu terlalu tinggi selama inkubasi.
  • Fluktuasi suhu besar selama inkubasi.
  • Suhu terlalu rendah selama masa menetas.
  • Kelembaban terlalu tinggi selama masa menetas.
  • Indukan kekurangan gizi.

Tukik Lembek

Seekor tukik yang lembek biasanya memiliki tubuh yang besar, lembab, dan halus; memiliki perut yang besar dengan pusar yang belum sembuh; dan biasanya lesu. Jika baunya juga buruk, itu berarti ia memiliki infeksi bakteri omphalitis, atau penyakit ayam lembek.

Penyebab tukik lembek meliputi:

  • Suhu terlalu rendah selama inkubasi.
  • Kelembaban terlalu tinggi selama inkubasi atau menetas.
  • Ventilasi yang kurang.
  • Kontaminasi dari telur kotor karena tidak membersihkan dan mensterilkan incubator setelah penetasan sebelumnya.

Bulu Anak Ayam Kasar

Peristiwa ini disebut Clubbed down karena setiap bulu halusnya membentuk tongkat, yang dihasilkan dari kegagalan selubung bawah untuk pecah, sehingga bulu menonjol (menggumpal) di dasar poros. Tukik yang mengalami Clubbed down penyebabnya adalah kekurangan riboflavin (vitamin B2) dan lebih sering terlihat pada jenis hitam karena produksi melanin pigmen hitam akan membutuhkan riboflavin.

Namun, ayam yang mengalami clubbed down kadang-kadang dikaitkan dengan cara menetas normal atau persentase rendah tidak selalu merupakan tanda kekurangan riboflavin.

Bentuk Fisik Tidak Normal

Dua cacat tukik yang paling umum adalah jari-jari kaki bengkok dan kaki terentang. Penyebab umum dari kelainan diantaranya adalah kesalahan penanganan telur tetas selama penyimpanan, menyimpannya pada suhu dan kelembaban yang tidak tepat(menyimpannya terlalu lama atau membiarkan telur kedinginan sebelum memulai inkubasi).

Cara pengoperasian mesin inkubator tentu saja dapat mempengaruhi pertumbuhan. Suhu yang terlalu tinggi mempercepat pertumbuhan dan dapat mengakibatkan masalah pada otak, serta satu atau kedua mata hilang. Suhu terlalu rendah, atau pendinginan telur unggas terlalu lama, juga dapat menghambat pertumbuhan.

Deformitas atau cacat mungkin saja timbul akibat dari indukan yang mungkin usianya terlalu tua, faktor keturunan dalam berkembang biak atau regangan, penyakit, atau diet. Embrio memperoleh nutrisi yang diperlukan dari seluruh bagian telur: kuning, putih, dan cangkang. Bila terjadi kekurangan protein, vitamin, dan mineral pada makanan yang dimakan oleh indukan nutrisi yang tersedia dari telur mereka tidak cukup untuk embrio tumbuh dengan tepat, sehingga menyebabkan cacat gizi.

Hal-Hal Lain Yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Penetasan

Telur yang subur mengandung sel sperma, sehingga berpotensi mampu berkembang selama inkubasi. Namun hal tersebut tidak berarti telur akan bertahan hidup selama masa inkubasi dan menetas menjadi seekor unggas yang sehat. Persentase menetas pada ayam hanya 89% dari telur suburnya. Untuk inkubasi buatan dalam unit yang dirancang dengan baik dan benar cara menjalankannya, rata-rata tingkat keberhasilan menetasnya adalah 85 persen untuk unggas daratan, 70 sampai 75 % untuk unggas air.

Definisi konvensional apapun apabila lebih dari 75% dari telur yang subur bisa menetas maka dianggap tingkat yang baik; kurang dari 50% adalah rendah. Jika tingkat menetas telur yang anda lakukan berada di pertengahan sampai kisaran tinggi, kalian mungkin bisa mencoba meningkatkan tingkat keberhasilan menetaskan dengan memperbaiki cara pengoperasian mesin incubator dengan cara yang lebih baik (benar).

Tingkat keberhasilan menetas sangat dipengaruhi juga oleh variable cara pengoperasion incubator yang benar misalnya suhu, kelembaban, ventilasi, membalik, dan letak telur.

Jika tingkat keberhasilan menetas telur secara konsisten jatuh dalam kisaran rendah, cari penyebab masalah mesin penetas lainnya. Sanitasi inkubator yang baik juga penting untuk diperhatikan, hal ini akan memberikan kesempatan besar kepada anak ayam untuk bertahan hidup. Karena penetasan adalah sumber utama kontaminasi pada inkubator, luangkan waktu untuk membersihkan mesin penetas anda secara menyeluruh setelah setiap menetas.

Pada akhir setiap musim menetas, lakukan pembersihan menyeluruh pada alat inkubator. Pembersihan dan disinfeksi tidak akan menghancurkan semua organisme penyebab penyakit tapi akan membuat lingkungan yang baik bagi telur dan tukik periode berikutnya. Jika kalian menunda pembersihan, maka mesin inkubator akan memiliki lebih banyak mikroba yang bercampur dengan bulu dan kotoran lainnya.

Masalah Kesehatan Pada Indukan

Sebuah indikasi yang baik tentang adanya penyakit adalah penampilan telur dengan cangkang kasar, cacat, atau tipis dengan tingkat daya tetas yang rendah serta tingkat kematian embrio dan doc yang tinggi.

Penyakit dapat ditularkan dari indukan yang terinfeksi kepada keturunannya melalui telur yang menetas dengan dua cara berikut ini:

  1. Organisme yang menularkan penyakit mungkin (jarang) masuk ke dalam saat telur sedang terbentuk dalam ayam betina yang terinfeksi.
  2. Organisme masuk melalui cangkang telur saat sedang dierami dalam sarang yang terkontaminasi.

Bakteri kemudian masuk ke dalam telur melalui cangkang, dan akan lebih mudah terjadi bila cangkang retak atau basah (misalnya, karena pembersihan yang tidak benar).

Penyakit juga dapat ditularkan melalui anak ayam yang terinfeksi kepada doc lain yang sehat dalam satu inkubator (seringkali karena menghirup bulu dari bibit yang sakit) atau dalam brooder (ruangan yang dihangatkan untuk tukik/anak ayam yang baru lahir) biasanya melalui kotoran dalam pakan atau air yang tertelan.

Bakteri salmonella cukup umum pada unggas dan dapat menyebabkan rendahnya tingkat daya tetas dan tingginya tingkat kematian tukik. Penyakit yang paling umum yang disebabkan oleh Salmonella adalah pullorum dan tipus unggas, yang keduanya dapat dihilangkan dari indukan melalui tes darah untuk mengidentifikasi dan membuang (menyisihkan) indukan yang sakit. Paratifoid, adalah penyakit lain yang disebabkan oleh Salmonella, namun jenis yang satu ini lebih sulit untuk dideteksi.

Selain itu, telur dari indukan yang telah sembuh dari penyakit tetap mungkin menjadi telur yang tidak subur (infertile), karena beberapa penyakit dapat menyebabkan kerusakan permanen pada ovarium. Penyakit yang menyebabkan ketidak suburan telur diantaranya adalah penyakit kronis pernapasan, coryza menular, bronkitis menular, penyakit Marek, dan penyakit endemik Newcastle (ringan).

Untungnya, penyakit ini tidak menjadi masalah pada peternakan berskala kecil. Penyebab dari daya tetas yang rendah pada peternakan macam ini lebih mungkin dikarenakan gizi buruk.

Kurangnya Nutrisi Pada Pakan Indukan

Kekurangan gizi merupakan salah satu penyebab paling umum dari daya tetas yang rendah. Suplai protein, vitamin, dan mineral untuk memberikan nutrisi yang memadai dalam telur menetas terlalu sedikit, sehingga merugikan perkembangan embrio. Semakin tua indukan, semakin mereka membutuhkan tingkat nutrisi yang lebih tinggi.

Tampilan embrio, dikombinasikan dengan hari di mana embrio itu mati, memberikan petunjuk mengenai kurangnya nutrisi. Dalam hal kekurangan riboflavin, misalnya, puncak kematian ada di tiga titik: yaitu pada hari keempat, kesepuluh, dan empat belas masa inkubasi. Embrio menjadi kerdil, memiliki paruh yang terlihat seperti nuri, memiliki sayap dan kaki yang sangat pendek.

Spesies lain memiliki manifestasi yang sama, muncul pada tahap perkembangan yang sama. Misalnya, hari ke-10 adalah hampir pertengahan masa inkubasi bagi ayam, dan hari ke-14 bagi jenis unggas lainnya. Bagaimana kemungkinan kelainan ini terjadi, begitu pula tentang kapan puncak kematian bisa terjadi, tergantung pada seberapa serius kekurangan gizi ini atau bagaimana cara mengkoreksi cara pengumpulan (pemilihan) telur.

Masalah Bawaan Turunan/ Hereditary

Setiap unggas (ayam) memiliki kombinasi gen dominan dan resesif. Ketika gen dominan dipasangkan dengan gen resesif, gen dominan membayangi atau memodifikasi gen resesif, dan sifat dominan berlaku. Cacat herediter (bawaan) disebabkan oleh gen resesif yang menjadi kuat saat dua ayam yang membawa gen resesif yang sama dikawinkan.

Memunculkan sifat resesif dapat menjadi hal yang baik atau buruk. Jika sifat resesif yang diinginkan, kalian bisa mendorong hal itu terjadi. Jika itu bukan hal yang diinginkan, Anda ingin menyingkirkannya. Hal yang paling mungkin untuk dilakukan adalah dengan mempertahankan keragaman genetik yang cukup untuk mencegah konsentrasi resesif yang tidak diinginkan pada indukan.

Tidak semua sifat dikendalikan oleh gen dominan atau resesif melainkan dengan kombinasi gen. Contohnya adalah rumplessness, fitur genetik kompleks yang khas dari Araucanas tapi kadang-kadang muncul pada jenis ayam lainnya. Rumplessness ditentukan oleh interaksi antara banyak gen yang berbeda. Semakin inbrida indukan, semakin besar kemungkinan untuk memunculkan sifat resesif.

Kawin Sedarah

Perkawinan sedarah yang terus menerus atau dalam jarak waktu yang dekat menyebabkan fenomena yang dikenal sebagai perkawinan sedarah depresi, dan daya tetas rendah biasanya merupakan tanda awalnya. Kemudian tanda-tanda lainnya adalah lebih sedikit telur ditetaskan dan anakan mati segera setelah ditetaskan.

Demikianlah ulasan tentang penyebab kegagalan penetasan dengan menggunakan mesin penetas telur. Semoga informasi di atas tadi bisa bermanfaat bagi anda yang menjalankan usaha penetasan telur unggas baik ayam, bebek dan burung. Bagi yang membutuhkan telur tetas fertil bisa menghubungi medanternak.com, terima kasih.

2 Replies to “Penyebab Kegagalan Penetasan & Mengatasi Masalah Dalam Menggunakan Mesin…”

  1. izin bertanya, pada tahun berapa kah artikel Penyebab Kegagalan Penetasan & Mengatasi Masalah Dalam Menggunakan Mesin Penetas Telur dibuat? Karena untuk keperluan penelitian di kampus. Terima kasih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *